Wednesday, June 15, 2011

Istighfar dan Taubat


“Bertaubat dari tiap dosa hukumnya adalah wajib”. 

Di antara sebab terpenting diturunkannya rezeki adalah istighfar dan taubat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Menutupi.

Dari Anas bin Malik –radhiallahu anhu- dia berkata: Saya mendengar Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau masih berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kamu atas apa saja yang kamu lakukan dan Aku tidak perduli. Wahai Anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai tingginya awan lalu kamu beristighfar kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kamu. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi Aku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, namun engkau berjumpa dengan-Ku dalam keadaan kamu tidak berbuat sedikit pun kesyirikan kepada-Ku, niscaya Aku akan mendatangi kamu dengan membawa ampunan sepenuh itu pula.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam At-Tirmizi dan dia berkata, Hadits hasan shahih disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Arbaun pada hadits ke-42.

Ampunan dari Allah akan didapatkan dengan tiga sebab:
Tauhid, istighfar dan berharap kepada-Nya.

Jika maksiat itu antara hamba dgn Allah yg tidak ada sangkut pautnya dgn hak manusia maka syaratnya ada tiga; Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali perbuatannya. Ketiga, ia harus berkeinginan utk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang maka taubatnya tidak sah. 
Tapi jika taubat itu berkaitan dgn manusia maka syaratnya ada empat; Ketiga syarat seperti di atas dan keempat hendaknya ia membebaskan diri hak orang tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya. Jika berupa tuduhan atau sejenisnya maka ia harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta maaf kepadanya. Jika berupa ghibah maka ia harus meminta maaf.


Imam al-Qurthubi menyebutkan dari Ibnu Shabih bahwasanya ia berkata “Ada seorang laki-laki mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang kegersangan maka beliau berkata kepadanya ‘Beristighfarlah kepada Allah!’ Yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya ‘Beristighfarlah kepada Allah!’ Yang lain lagi berkata kepadanya ‘Doakanlah kepada Allah agar ia memberiku anak!’ Maka beliau mengatakan kepadanya ‘Beristighfarlah kepada Allah!’ Dan yg lain lagi mengadu kepadanya tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan kepadanya ‘Beristighfarlah kepada Allah!’ Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yg mengalami hal yg sama. Dalam riwayat lain disebutkan Maka ar-Rabi’ bin Shabih berkata kepadanya ‘Banyak orang yg mengadukan bermacam-macam dan Anda memerintahkan mereka semua utk beristighfar. Maka al-Hasan al-Bashri menjawab ‘Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh:

‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan untukmu sungai-sungai’.

Istaghfirûu Rabbakum innahu kâana Ghaffara
Artinya:
Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun (Qs.Nuh:10)

Ya 'ibady istghfiruni aghfir lakum
Artinya:
Wahai hambaku, beristighfarlah kepadaKu niscaya Aku ampuni kalian (HR.Muslim)